Surga Kecil di Ranting Lamaholot
kabupaten lembata
Di timur kepulauan Indonesia, tersembunyi di antara
riak-riak samudera, terletaklah sebuah kabupaten yang menyimpan kisah yang kaya
dan penuh warna. Kabupaten Lembata, sebuah destinasi yang tak terlupakan di
Pulau Flores, merupakan perpaduan antara keindahan alam yang menakjubkan dan
warisan sejarah yang memikat. Melalui liku-liku waktu, kabupaten ini telah
menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang yang menghubungkan masa lalu yang
mendalam dengan masa kini yang penuh harapan.
Sebagai bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Kabupaten Lembata memiliki akar sejarah yang kuat. Daerah ini dihuni oleh suku
Lamaholot, sebuah komunitas yang telah hidup di wilayah ini selama
berabad-abad. Dalam mitologi lokal, Lembata diyakini sebagai tempat lahirnya
suku Lamaholot dan dianggap sebagai "pusat dunia" mereka. Keberadaan
suku Lamaholot dan kehidupan mereka yang terjalin erat dengan alam sekitarnya
memberikan nuansa khusus yang membedakan kabupaten ini dari tempat lain.
Seiring berjalannya waktu, Lembata menjadi bagian dari
jejak sejarah maritim Indonesia. Pulau ini adalah rumah bagi komunitas pesisir
yang menjalani kehidupan sehari-hari yang terkait erat dengan lautan.
Nelayan-nelayan yang berani mengarungi gelombang-gelombang besar dan menangkap
ikan-ikan dari kedalaman lautan, telah mewariskan keahlian mereka dari generasi
ke generasi. Mereka telah menjadikan Lembata sebagai pusat kegiatan pelayaran
dan perdagangan, yang memberi sumbangsih berharga bagi perkembangan wilayah
ini.
Tak hanya itu, Kabupaten Lembata juga memiliki sejarah
yang kental dalam ranah agama. Gereja-gereja yang berdiri megah dan kuil-kuil
yang dipenuhi dengan persembahan, menjadi simbol kehidupan rohani yang mendalam
bagi masyarakat setempat. Perayaan-perayaan keagamaan yang meriah dan
tradisi-tradisi adat yang masih dilestarikan hingga saat ini, menjadi penanda
kuat dari nilai-nilai yang diyakini dan dijunjung tinggi oleh masyarakat
Lembata. Namun, di balik semua kekayaan sejarahnya, Lembata juga telah
menghadapi tantangan dan cobaan yang tak terhitung jumlahnya. Bencana alam,
perubahan sosial, dan pergeseran budaya telah membentuk narasi yang kompleks di
dalam wilayah ini. Namun, semangat dan keteguhan masyarakat Lembata tetap
menyala, menjadikan mereka sebagai pahlawan dalam perjuangan mempertahankan
identitas dan warisan mereka.
Dalam perjalanan eksplorasi kami di Kabupaten Lembata,
kami akan menelusuri setiap jengkal tanahnya yang sarat dengan sejarah dan
budaya. Kami akan mempersembahkan cerita-cerita yang tersembunyi di balik
pemandangan alam yang menakjubkan, mengungkapkan pesona dan daya tarik yang
memikat dari komunitas yang tinggal di sana. Bergabunglah dengan kami dalam
perjalanan ini, saat kami menyusuri labirin sejarah Kabupaten Lembata, dan
menyingkap lapisan demi lapisan dari kehidupan yang telah membentuknya.
Kapan Lembata berdiri?
Lembata adalah salah satu nama dari
gugus kepulauan di Kabupaten Flores Timur yang sudah memasyarakat
sejak tahun 1965. Tetapi sebelum dikenal dengan nama Lembata, dahulu pada masa
pemerintahan Hindia Belanda hingga
kini dikenal dalam peta Indonesia dengan
nama "Pulau Lomblen".
Pada tanggal 24 Juni 1967 dilaksanakan Musyawarah Kerja Luar Biasa Panitia
Pembentukan Kabupaten Lembata yang diselenggarakan di Lewoleba yang kemudian mengukuhkan nama
Lembata. Pengukuhan nama "Lembata" ini sesuai sejarah asal
masyarakatnya dari pulau "Lepanbatan",
sehingga mulai 01 Juli 1967 sebutan untuk penduduk yang semula "Orang Lomblen" berubah menjadi
"Orang Lembata".
Rencana ke arah terbentuknya Kabupaten
Lembata bertolak pada 2 (dua) pernyataan/statement, yaitu:
- Pernyataan/statement tanggal 7 Maret 1954
- Pernyataan/memorandum tanggal 7 Maret 1999
Lembata termasuk suku apa?
Lembata merupakan pulau yang dihuni oleh berbagai
suku, namun suku yang dominan di Lembata adalah suku Lamaholot. Suku Lamaholot
merupakan suku yang memiliki kebudayaan, bahasa, dan tradisi sendiri. Mereka
merupakan suku pribumi yang merupakan bagian dari kelompok etnis Austronesia.
Selain suku Lamaholot, terdapat juga suku-suku lain yang tinggal di Lembata,
seperti suku Bajo, suku Alor, dan suku lainnya yang tinggal di daerah pesisir
dan pedalaman pulau tersebut.
Jumlah desa di kabupaten Lembata
Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Lembata terdiri dari :
Kecamatan :9 Kecamatan, Kelurahan : 7 Kelurahan, Desa Desa,
dengan Luas Wilayah keseluruhan : 1.266,39 km persegi
Kabupaten
Lembata memiliki 7 Kelurahan (terletak di Kecamatan Nubatukan) dan 144 Desa
yang tersebar di 9 kecamatan. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Lembata
sebanyak 25 orang. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lembata adalah
4.190 orang (2.317 laki-laki dan 1.873 perempuan), terbanyak dari Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga (1.832 orang). Tingkat pendidikan Pegawai Negeri
Sipil rata-rata adalah lulusan SMA/Sederajat sebanyak 1.567 orang dan Sarjana
Strata-1 (S-1) sebanyak 1.520 orang dengan golongan kepangkatan terbanyak
adalah golongan III (2.358 orang).
Di
tengah gemuruh ombak dan pesona alam yang memukau, Kabupaten Lembata
menghadirkan cerita yang memikat tentang sejarah, budaya, dan perjalanan
panjang masyarakatnya. Dari suku Lamaholot yang menjadi penjaga warisan budaya,
hingga desa-desa yang tersebar di kecamatan-kecamatan, Lembata telah menjadi
saksi bisu dari perubahan dan kemajuan.
Melalui
kepemimpinan para Bupati yang telah mengabdi dari masa ke masa, Lembata terus
tumbuh dan berkembang. Setiap pemimpin memberikan kontribusi yang berarti dalam
memajukan kabupaten ini, menjaga kearifan lokal, dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakatnya. Melalui upaya bersama, mereka telah menghadirkan perubahan
positif dan memberikan harapan bagi masa depan yang lebih baik.
Kabupaten
Lembata tidak hanya berbicara tentang sejarah dan pemerintahan, tetapi juga
tentang semangat masyarakatnya yang tangguh dan kekayaan budaya yang mempesona.
Dari nelayan yang berlayar ke lepas pantai dalam pencarian rejeki, hingga
seniman yang mempertunjukkan keindahan tradisi lokal, setiap individu di
Lembata berkontribusi dalam menjaga dan melestarikan warisan yang mereka warisi
dari para leluhur.
Sekarang,
saat kita memasuki babak baru dan melangkah ke masa depan, mari kita tetap
menjaga semangat dan keberlanjutan budaya lokal yang menjadi jati diri
Kabupaten Lembata. Dengan mempertahankan nilai-nilai luhur, mewariskan
pengetahuan kepada generasi mendatang, dan terus menghargai keunikan setiap
suku dan desa, kita akan menjaga kekayaan dan identitas Lembata yang tak
ternilai.
Kabupaten
Lembata, dengan segala keindahannya dan sejarah yang tersimpan di setiap
sudutnya, akan terus menjadi tempat yang menarik untuk dieksplorasi dan
dihargai. Melalui upaya bersama, mari kita terus melestarikan budaya lokal,
membangun komunitas yang kuat, dan menciptakan masa depan yang cerah bagi
generasi mendatang. Lembata, sebuah perpaduan yang indah antara warisan masa
lalu dan harapan masa depan.