Penyakit Narsisme dalam Psikologi: Memahami Poin-Poin Pentingnya

penyakit narsisme dalam psikologi
penyakit narsisme dalam psikologi


Penyakit narsisme dalam psikologi - Penyakit narsisme telah menjadi subjek yang semakin menarik dalam bidang psikologi. Terlepas dari popularitas yang meningkat, masih banyak orang yang kurang memahami poin-poin penting terkait gangguan ini. Artikel ini akan membahas penyakit narsisme dalam psikologi dan menyoroti beberapa poin penting yang perlu dipahami.

  1. Definisi Narsisme:

Narsisme adalah sebuah gangguan kepribadian yang ditandai oleh sikap yang berlebihan dalam mengagumi dan mencintai diri sendiri. Individu yang menderita narsisme memiliki pandangan diri yang muluk-muluk dan merasa bahwa mereka lebih istimewa dan penting daripada orang lain. Mereka cenderung mencari perhatian yang berlebihan, pujian, dan pengakuan dari orang lain, serta memiliki kebutuhan yang kuat untuk dianggap superior dan dihargai. Pada saat yang sama, individu dengan narsisme sering kali kurang mampu atau enggan memahami dan memperhatikan perasaan, kebutuhan, dan perspektif orang lain. Mereka cenderung menunjukkan tingkat empati yang rendah dan sering kali mengeksploitasi orang lain untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka sendiri. Narsisme juga dapat mengarah pada hubungan interpersonal yang bermasalah, kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan hubungan yang intim, dan perasaan frustrasi dan kemarahan ketika mereka tidak mendapatkan perhatian dan pengakuan yang mereka inginkan.

  1. Penyebab Narsisme:

Penyebab narsisme tidak dapat diatribusikan secara tunggal kepada faktor tunggal, tetapi melibatkan kombinasi dari beberapa faktor yang berinteraksi. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada perkembangan narsisme:

  • Faktor Genetik dan Biologis: Studi telah menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang terhadap narsisme. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara faktor genetik tertentu dengan tingkat narsisme yang lebih tinggi pada individu. Selain itu, ada juga bukti bahwa perbedaan dalam struktur dan fungsi otak dapat berperan dalam perkembangan narsisme.

 

  • Pengalaman Masa Kecil: Pengalaman masa kecil memainkan peran penting dalam perkembangan narsisme. Beberapa faktor dalam pengalaman masa kecil yang dapat berkontribusi meliputi:

Ø  Pengasuhan yang tidak seimbang: Pola pengasuhan yang terlalu permisif atau terlalu otoriter dapat memberikan dasar bagi perkembangan narsisme. Ketika seorang individu diberikan pujian berlebihan atau tidak ada batasan yang jelas, mereka dapat mengembangkan pandangan diri yang terlalu tinggi.

Ø  Penolakan atau pengabaian: Ketika seseorang mengalami penolakan atau pengabaian secara terus-menerus dalam masa kecil, mereka mungkin mengembangkan narsisme sebagai mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dan mengkompensasi perasaan tidak berharga.

  • Lingkungan Sosial: Faktor lingkungan sosial juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan narsisme. Budaya yang mementingkan kesuksesan eksternal, penampilan fisik, dan prestasi individual dapat memberikan dorongan kepada individu untuk mengembangkan sikap yang berlebihan dalam mencari pengakuan dan validasi dari orang lain.
  • Gangguan Identitas: Beberapa teori mengusulkan bahwa narsisme dapat muncul sebagai hasil dari ketidakstabilan identitas yang mendasar. Individu yang mengalami ketidakpastian dalam memahami siapa mereka sebenarnya atau merasa tidak puas dengan identitas mereka sendiri dapat menggunakan narsisme sebagai cara untuk mempertahankan rasa diri yang kokoh dan merasa berharga.

  1. Gejala Narsisme:

Gejala narsisme dapat mencakup berbagai perilaku dan sikap yang menandai gangguan kepribadian ini. Berikut adalah beberapa gejala umum yang sering terkait dengan narsisme:

  • Keangkuhan yang berlebihan: Individu dengan narsisme cenderung memiliki pandangan yang sangat tinggi tentang diri mereka sendiri. Mereka meyakini bahwa mereka istimewa, superior, dan memiliki hak istimewa yang tidak dimiliki oleh orang lain.
  • Kebutuhan akan pujian dan perhatian: Narsis sering kali sangat bergantung pada pujian dan pengakuan dari orang lain. Mereka membutuhkan perhatian yang konstan dan sering kali berusaha keras untuk mendapatkan pengakuan dan apresiasi.
  • Kurangnya empati: Salah satu ciri utama narsisme adalah kurangnya kemampuan atau keengganan untuk memahami dan mengalami emosi orang lain. Mereka cenderung tidak peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, dan sering kali berperilaku egois atau memanfaatkan orang lain demi kepentingan mereka sendiri.
  • Fantasi kekuasaan dan kesuksesan: Individu yang menderita narsisme sering memiliki fantasi dan impian yang berlebihan tentang kekuasaan, keberhasilan, dan ketenaran. Mereka percaya bahwa mereka ditakdirkan untuk mencapai kebesaran dan dianggap sebagai yang terbaik dalam segala hal.
  • Ingin mengambil alih situasi: Narsis cenderung ingin mengendalikan situasi dan orang di sekitar mereka. Mereka sulit menerima ketidakberdayaan atau ketergantungan pada orang lain dan lebih memilih untuk menjadi pusat perhatian dan keputusan.
  • Kehidupan interpersonal yang tidak stabil: Individu dengan narsisme sering mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat dan stabil. Mereka seringkali mengalami konflik, kesulitan mempertahankan hubungan intim, dan kesulitan berempati dengan pasangan atau teman.
  • Rasa cemburu dan kompetitif: Narsis cenderung merasa cemburu terhadap kesuksesan dan prestasi orang lain. Mereka tidak bisa mentolerir orang lain mendapatkan perhatian atau pujian yang lebih banyak daripada mereka sendiri, dan seringkali merasa perlu untuk bersaing dan menonjolkan diri.

Gejala narsisme dapat bervariasi dalam tingkat keparahan dan manifestasinya pada setiap individu. Diagnosis resmi gangguan kepribadian narsistik memerlukan penilaian oleh profesional kesehatan mental yang berkualifikasi.

 

penyakit narsisme dalam psikologi

  1. Dampak Narsisme pada Individu:

·         Kesulitan menjalin hubungan yang sehat: Karena kurangnya empati dan kebutuhan yang tinggi untuk diperhatikan, individu dengan narsisme cenderung mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan yang intim dan berkelanjutan.

·         Kerentanan terhadap gangguan kejiwaan lainnya: Narsisme juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan kepribadian lainnya.

·         Kesulitan dalam bekerja sama: Orang yang menderita narsisme sering kali sulit bekerja dalam tim, karena mereka cenderung ingin mengambil kendali dan mengabaikan kebutuhan dan kontribusi orang lain.

 

  1. Perawatan dan Penanganan:

·         Terapi psikologis: Terapi individu, seperti terapi kognitif perilaku atau terapi psikodinamik, dapat membantu individu dengan narsisme untuk mengembangkan kecerdasan emosional, membangun hubungan yang sehat, dan mengurangi perilaku sombong.

·         Dukungan sosial: Dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan yang dapat memberikan pemahaman dan bantuan mendukung sangat penting bagi individu yang menderita narsisme.

·         Pendidikan dan kesadaran: Meningkatkan pemahaman tentang penyakit narsisme di masyarakat dapat membantu mengurangi stigmatisasi dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini.

 

 

Narsisme adalah penyakit psikologis yang kompleks dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan individu. Poin-poin penting yang telah dibahas di atas diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini. Penting untuk mengenali gejala narsisme dan memberikan perhatian yang tepat kepada individu yang menderita agar mereka dapat mendapatkan perawatan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut.

LihatTutupKomentar